Matasora, World Music Festival. Bertempat di Gedung Persediaan KAI, Bandung Jawa Barat, event multibudaya ini digelar selama dua hari Sabtu 7/22 dan Minggu 7/23. Acara ini dengan apik mengemas berbagai macam jenis kesenian sebut saja Workshop Tari, Seni Film, dan tentu saja Live Musik yang mewakili beberapa negara didunia.
Venue yang classic dan cukup luas juga mendukung acara ini berjalan dengan baik. Bahkan disediakan area Kids Zone bagi penonton yang membawa buah hatinya turut serta untuk menikmati event ini. Tak luput panitia juga menyediakan berbagai stand seperti Genta Guitar, lalu stand makanan dan minuman yang disediakan dengan menu beragam.
Untuk sajian live musiknya sendiri, Matasora mengusung tema folk musik yang tentu saja talent-nya adalah band band asli indonesia yang sudah cukup lama berkecimpung di genre tersebut. Contohnya Little lute, Grace Sahertian, Parahyne dan Kunokini di hari pertama. lalu ada Rubah di Selatan, Kuetnika, Saratus Persen dan banyak lagi di hari kedua.
Matasora menyajikan dua stage besar yaitu stage Mata dan stage Sora. Didepan masing masing stage disajikan tempat duduk seperti kursi kayu dan air hammock untuk para audience.
Stage Mata dijadikan stage utama untuk sajian workshop dari beberapa talent Matasora.
Colin Bass salah satunya, yang menjelaskan apa arti musik dunia untuk dia dan keinginannya agar masyarakat Indonesia fully aware terhadap musik lokal. Lalu diisi juga dengan workshop tarian jaipong yang dipandu oleh Mira Tejaningrum dan penari-penari cantiknya. Zineer percussion dari sambasunda pun ikut meramaikan dengan mengajak penonton memainkan recycle percussion bersama.
Menjelang sore, giliran sekelompok pemusik dari Ramkhamhaeng University asal Thailand menyuguhkan musik ensemble khas negaranya yang dikemas nyaris mirip dengan gamelan jawa. Selanjutnya stage Mata menampilkan penyanyi berbakat dengan suara yang memukau, Grace Sahertian. Grace membuka konser kecilnya dengan lagu “Hella” yang dibuat dengan tujuan melestarikan bahasa tradisional indonesia agar tidak punah.
Meanwhile di stage Sora, slot pertama diisi oleh Little Lute yang sekaligus membagikan beberapa CD album mereka lewat kuis tanya jawab, dilanjutkan oleh Parahyena (band asli Bandung), kunokini dan ditutup dengan eletric fields (Australia), Trah dan Shri Sriram dari India.
Kunokini sendiri, band yang sudah berdiri kurang lebih 15 tahun ini menyajikan warna musik di matasora yang sedikit berbeda dari biasanya. Kunokini berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti duo perkusi svaraliane, Laura kidd (@shemakeswar) dan Dani (@dani_themusictravels). Membawakan beberapa single hits mereka seperti Hey Babe, kunokini berhasil mengajak para penikmat matasora untuk maju ke bibir panggung dan berdansa bersama.
Acara Matasora ini diagendakan menjadi acara rutin setiap tahunnya oleh pemerintah setempat yang sekaligus ditujukan menjadi salah satu alat penarik pariwisata Bandung sendiri. “Semoga acara seperti ini bisa dilestarikan dan selalu didukung penuh baik oleh pemerintah atau masyarakat Indonesia,karena musik adalah salah satu alat komunikasi efektif antar negara”, pungkas colin bass disela meet and greetnya.
Walaupun di kali pertama event ini penempatan antara dua stage masih dirasa cukup dekat sehingga terkadang sound-nya terdenger bertumpuk. Semoga tahun depan kita semua kembali dapat menikmati Matasora World Music Festival dengan acara yang dikemas even better. (Teks/Foto Oleh Anjani)